Oleh : Hamzah Alfarisi
“Ustad ngajinya dimana? Disini atau disana?” teriak
Della yang sedang menggandeng keyla menuju majlis A.
“Seperti biasa di majlis sana, emang belum ada
ustad/ustadzahnya?” Sahutku
“Belum, tad.” Jawab della
“memang biasanya yang mengajar ustad siapa? dan
pelajrannya apa?” tanyaku sambil keluar menemuinya
“belum ada usatadnya. gak tahu tahu pelajaranya apa”
jawab della dengan muka polos.
“ ya udah ke majlis dulu, nanti ustad kesana. Biar
ustad aja yang ngajar”.
Panggilan Ustad biasa anak-anak madin (madrasah
diniyyah) panggil untuk kami yang mengajarnya. Walaupun sebetulnya belum pantas
dipanggil ustad, namun tak apalah untuk mengajari anak-anak agar menghormati
orang yang mengajarinya. Kemudian anak-anak bergegas ke majlis, namun nampaknya
ada sebagian yang beli jajan. Maklum anak kecil sukanya jajan. Segera aku
sudahi belajarku dan memakai peci dan pakain yang sesuai SOP (standar
operasional prosedur), bersarung, peci dan baju lengan panjang. Adab berpakain
pun juga harus diajarkan kepada anak-anak dengan cara membrikan contoh
langsung.
Sampai di majlis, ternyata sudah ada lumayan anak yang
menunggu. Kemudian aku suruh mereka ambil wudhu sebelum mengaji. Ada salah satu
anak yang menyahut,
“Ustad kok wudhu, kan gak mau sholat”
“ya kalau mau ngaji wudhu dulu ya, bukan sholat aja
yang butuh wudhu” jawabku
Akhirnya mereka mau mengambil wudhu. Setelah itu,
semua anak mengambil buku prestasinya masing-masing dan bersiap antri mengaji
menunggu giliran. Namun tak lepas dari tabiat anak kecil, ada juga yang
lari-lari kejar-kejaran dalam majlis. Tibalah giliran anak sekitar umur 5-6
tahun yang mukanya masih asing bagiku.
“namanya siapa ?? tanyaku
“Rapa Tad” dia jawab dengan tertawa sambil membawa iqra’nya.
“dia adikku Tad.” Sahut Reza, santri madin yang paling
senior.
“ya sudah sekarang dibuka iqra’nya...”
“bukain dong Tad”
sambil menyodorkan iqra’ yang ada di tangannya.
Rafa mulai membacanya,,,,,
“ Aa..Ba..ba... , ta.. Aa., Tsa.., “ sampai baris keiga
Rapa menengaadahkan mukanya ke atas lalu menurunkan kebawah sambil mengucapkan,
huruf “ Aaaaa.......”.
“Coba ulang Rapa” pintaku
Rapa menengaadahkan mukanya ke atas lalu lagi menurunkan
kebawah sambil mengucapkan, huruf “ Aaaaa.......”. Semua anak madin tertawa dan
diapun ikut tertawa sambil nunjukin giginya yang ompong. Sekarang aku baru tahu
ternyata dia sedang melafadkan huruf “ Cha...”
“kenapa kok nengok ke atas pa?” tanyaku,
“dia gak bisa baca “Cha...” tad, baru kemarin ngaji”
jawab kakanya Rapa.
“Shodaqallah hul adhim....” tuntunku ke Rapa. “Besok
ngaji lagi ya Rapa...”
“Iya ... , siap bos” sambil hormat dengan muka
meringis.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar