Senin, 11 April 2016

Mengukur SIkap Takabbur dengan Menguji Diri Sendiri

gambar: nu.or.id
Kitab Ihya 'Ulumuddin Jilid 3 Halaman 357
Kuliah Subuh, 10 April 2016

Sebagai pengobatan terhadap sikap takabur, perlu diadakan ujian apakah dirinyya sudah tersebas dari sikap takabur melalui ujian ujian berikut. Perlu membiasakan diri bersikap baik sebagai latihan penyembuhan terhadap sifat takabur, diantaranya:

Pertama, Munadhoroh (diskusi) yang dilakukan dengan teman. Apabila secara jelas terlihat temannya lebih unggul kemudian ada perasaan berat menerima, berat mengikuti, berat untuk memperhatikan ilmunya, berat untuk menerima hasil diskusi maka menunjukkan masih adanya rasa takabur yang tertanam dlam hati. Dan ingatkanlah diri untuk bertaubat kepada Alloh dan sibukkan hati untuk memperbaiki diri. Menguji diri  yang dilakukan dengan ilmu, dengan mengingat tentang keburukan diri dan mengingat akibat yang ditimbulkan dari sifat takabur, ingatlah bahwa Sifat takabur hanya pantas dimiliki oleh Alloh swt. Menguji diri yang dilakukan dengan amal, dengan memaksakan hal yang terasa berat, misalnya melatih lisannya untuk memberikan pujian dan menganggap dirinya adalah orang yang lemah, serta mengambil faidah dari teman. Berlatih untuk mengakui kesalahan, semoga Alloh memberikan balasan atas usaha yang kita lakukan. 
Hikmah dari diskusi adalah, ilmu merupakan harta seorang muslim, apabila mendapatkannya maka kita wajib bersyukur telah diberikan ilmu. Keutamaan ilmu menurut Sayyidina Ali kw., Keutamaan ilmu dibanding dengan harta yang lain, ilmu adalah harta yang tidak dapat dicuri. 
sikap-sikap tersebut apabila sering dilakukan maka akan menjadi tabiat kita dan akan hilang beratnya hati untuk menerima keunggulan orang lain.
Apabila masih adanya perasaan berat memberika pujian dalam keadaan sepi, tetapi tidak berat dalam melakukan pujian dalam keadaan ramai maka mengindikasikan masih adanya rasa takabur.

Ihya Ulumuddin Jilid 4 Halaman 258
Ketika Abu Abdulloh Al-Kursyi ditanya tentang tawakal, beliau menjawab, "Tawakal adalah keterkaitan hati kepada Alloh dalam segala hal. Kemudian, ditambahkan pula bahwa tawakal adalah meninggalkan setiap sebab yang dapat menyampaikannya pada sebab tersebut. Seperti diceritakan dalam Kisah Nabi Ibrahim as. yang akan dibakar oleh Raja Namrud. Ketika Nabi Ibrahim as. dimasukkan dalam tumpukan kayu bakar, Jibril datang tanpa adanya perintah dari Alloh dan bertanya kepada Beliau, "Apakah engkau membutuhkan pertolonganku?", kemudian Nabi Ibrahim menjawab," Aku tidak butuh pertolonganmu." Nabi Ibrahim meninggalkan keyakianan bahwa Malaikat Jibril dapat menolong dan hanya berkeyakinan bahwa hanya Allah yang dapat memberikan pertolongan. Maka Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk datang menolong Nabi Ibrahim as.  

Kontributor: Isna Nur Arifina (GM 50)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar