Senin, 23 Januari 2017

Kisah Syekh Al-Imam Syaqiq dan Semangka

Suatu hari Syeikh al-Imam Syaqiq al-Balkhi membeli buah semangka untuk istrinya. Saat disantapnya ternyata buah semangka tersebut terasa hambar. Sang isteri pun marah.

Syeikh al-Imam Syaqiq menanggapi dengan tenang amarah istrinya itu. setelah di dengarkan amarahnya, beliau bertanya dengan halus:

"Kepada siapakah kau marah wahai istriku?
Kepada pedagang buahnya kah? atau kepada pembelinya? atau kepada petani yang menanamnya?
ataukah kepada yang Menciptakan Buah Semangka itu?"
Tanya Syeikh al-Imam Syaqiq

Istri beliau terdiam.

Sembari tersenyum., Syeikh Syaqiq melanjutkan perkataannya:

"Seorang pedagang tidak menjual sesuatu kecuali yang terbaik...
Seorang pembeli pun pasti membeli sesuatu yang terbaik pula..!
Begitu pula seorang petani, tentu saja ia akan merawat tanamannya agar bisa menghasilkan yang terbaik..!
Maka sasaran kemarahanmu berikutnya yang tersisa, tidak lain hanya kepada yang Menciptakan Semangka itu..!"

Pertanyaan Syeikh al-Imam Syaqiq menyadarkan istrinya.

Syeikh al-Imam Syaqiq al-Balkhi pun melanjutkan ucapannya :

"Bertaqwalah wahai istriku...Terimalah apa yang sudah menjadi Ketetapan-Nya. Agar Allah memberikan keberkahan pada kita."

Pelajaran buat saya:

Setiap keluhan yg terucap sama saja kita tidak ridho dengan ketetapan Alloh SWT, sehingga barokah Alloh jauh dari kita.

Karena Barokah bukanlah serba cukup dan mencukupi saja, Barokah ialah bertambahnya ketaatan kita kepada Allah dengan segala keadaan yang ada, baik yang kita sukai atau sebaliknya.*

Makanan barokah itu bukan yang komposisi gizinya lengkap, tapi makanan yang mampu membuat yang memakannya menjadi lebih taat setelah memakannya.

Hidup yang barokah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru barokah sebagaimana Nabi Ayyub. Sakitnya menjadikannya bertambah taat kepada Allah SWT.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar