Kuliah Subuh
Oleh : ust Oman
Pendapat tersebut salah, tapi orang tersebut merasa benar. Walaupun ada yang mengingatkan, dia tidak akan berhenti. Namun kalau sadar, mudah mengingatkannya. Ini termasuk paling susah mengobatinya.
Seperti ini pengobatannya harus menyeluruh karna penyakitnya paling susah. Dia harus curiga pada pemahamannya, harus ada bukti, dasar yang mahsyur, yang shahih, kemudian akalnya harus jalan.
Seperti misal: ada orang yang keukeuh pakai celana dibawah mata kaki itu haram. Padahal dalam haditsnya, kanjeng Rosul mengatakan haram bila ada "ciri"nya. Cirinya adalah orang takabur. Org tersebut sengaja memakai celana dibawah mata kaki karna mempunyai sifat takabur.
Sayyidina Abu Bakar pernah memakai celana hingga melewati mata kaki. Para sahabat bertanya pada Rasulullah bagaimana jika spt itu. Lalu Rasulullah menjawab bahwa sayyidina Abu Bakar bukanlah orang takabur. Jadi tidak apa.
Di masa sekarang ini, malah orang-orang memakai celana diatas mata kaki, yang ingin dilihat orang lain sebagai yang paling mengikuti sunnah. Khawatir ada takaburnya.
Rasul dulu betisnya pernah tersingkap lalu muka beliau memerah sebab malu sekali. Namun sekarang, orang2 yang memperlihatkan betisnya bangga sekali.
Artinya boleh pakai seperti itu asal jangan takabur.
Seseorang tak mengetahui dalil aqli dan naqli, dan syarat2nya, dan kesalahan2 pada pemahamannya kecuali dengan kecerdasan yang sempurna. Akal yang tembus. Pemikiran yang luas dan sungguh2 dalam mencari ilmu. Dan terus2an mempelajari Al Quran dan sunnah, tidak berhenti. Manusia itu tidak sampai pada dalil yang syari' dan tahu bahwa dia salah, kecuali bila memiliki kecerdasan yang sempurna, akal yang tembus dan sungguh2 dalam belajarnya. Tidak berhenti membaca dan sunnah, dan selalu berkumpul di majelis ilmu.
Ilmu yang tidak bertambah, biasanya pemahamannya akan salah.
Kita harus cinta kepada Allah dan cinta pada apa2/ orang yang dicintai Allah. Yaitu ulama (ahli ilmu). Makanya karna kita cinta sama Allah, ketika kita melihat perbedaan pada ulama dengan pendapat kita, jangan langsung kita salahkan. Tabayyun dahulu karna beliau sudah berijtihad. Seperti kisah nabi musa dan nabi khidir.
Kalau tidak bisa memahami/memegang semua mahdzab, sebab bingung, pegang satu saja. Kita harus yakini pula, tauhidnya kuat. Harus beri'tikaf sesungguhnya Allah itu Esa. Tidak ada yang semisal Allah. Allah Maha Melihat. Maha Mendengar.
Kontributor: Ade Gusalinda
Alhamdulillah, Adem denger ceramahnya Ust. Abdurrahman.. :)
BalasHapus