Ya, kita yang membangun kota-kota
ini….kita yang membangun jembatan-jembatan ini, kita yang meratakan jalan-jalan
ini…kita yang membelah saluran-saluran ini….kita yang menanam pohon-pohon
ini….Akan tetapi sejak 40 tahun…..apakah kamu mendengarkan? Semenjak 40 tahun
penguasa yang buruk Abu Abdullah Ash-Shogir penguasa terakhir kerajaan kita di
Negeri ini tertipu dengan Janji Spanyol dan perjanjian mereka..ia menghalalkan
benteng umat dan kuburan-kuburan nenek moyangnya….dan pergi menuju daratan
maghrib untuk mati di sana sendiri terbuang. mereka memberikan janji kepada kami dengan
kebebasan, keadilan, dan kemerdekaan, setelah mereka berkuasa mereka
mengingkari semua janji-janji itu , lalu membentuk Diwan Taftisy kemudian memasukkan
putra-putra kami secara paksa ke dalam agama Kristen, memaksa kami meninggalkan
bahasa kami serta mengambil putra-putra kami untuk dijadikan Kristen.
Demikianlah rahasia yang kamu lihat, sembunyinya kami dalam beribadah dan
kesedihan kami atas apa yang kami lihat dari ujian agama dan pengkafiran
putra-putra kami. 40 tahun wahai anakku….dan kami bersabar atas penderitaan
yang mana batu keraspun tak mampu menahannya, kami menanti pertolongan Allah,
kita tidak boleh putus asa,
karena putus asa terlarang dalam agama kita, agama yang mengajarkan kekuatan,
kesabaran, dan perjuangan.
inilah
rahasia itu wahai anakku, maka sembunyikanlah! Dan ketahuilah hidup ayahmu
tergantung kepada kedua bibirmu. Demi Allah, saya tidak takut mati atau benci
berjumpa dengan Allah, akan tetapi saya ingin tetap hidup supaya bisa mengajarkanmu
bahasamu, agamamu serta menyelamatkanmu dari kegelapan kekafiran menuju cahaya
iman. Sekarang berdirilah menuju tempat tidurmu !
***
Setelah kejadian tersebut, setiap kali
saya melihat beranda istana Hamra atau menara Granada …………….saya merasakan
kerinduan, kesedihan, Marah, serta cinta membanjiri hatiku. Dan sering kali membuat
kacau pikiran. Jika saya terbangun, engkau akan melihat saya, mengelilingi
Istana Hamra , saya ajak bicara, saya tegur, saya katakan:
Wahai Hamra…..Wahai kekasih yang Indah….apakah
engkau telah lupa para penggagas dan para pemilikmu yang telah memberimu makan
dengan jiwa-jiwa mereka……memberimu minum dengan darah dan air mata
mereka…..lalu engkau pura-pura tak tahu janji
dan mengingkari cinta mereka….para
penguasa yang mengelilingi kemegahanmu…bersandar pada tiang-tiangmu….memberimu
apa yang engkau inginkan dari kemegahan, keagungan dan keindahan,,,
Mereka adalah orang-orang mulia yang mana
jika mereka berkata dunia akan mendengarkan, jika mereka memerintah, masa akan
menyambut. Apakah engkau sudah jinak dengan suara lonceng setelah suara adzan?
Apakah engkau sudah bahagia dengan para pendeta setelah para imam?
***
Saya khawatir sebagian mata-mata Diwan
Taftisy mendengar suara saya, lalu saya
pun bergegas pulang ke rumah untuk menghafal pelajaran bahasa arab yang ayah
ajarkan kepada saya. Seolah-olah saya
melihat beliau memerintahkan saya menulis untuknya huruf Ajam. Beliau menulis
untuk saya dihadapannya huruf arab dan berkata kepada saya: inilah huruf-huruf
kita. Beliau mengajarkan saya cara berbicara, menulis dengan bahasa arab,
mengajarkan saya pelajaran agama, wudhu dan sholat supaya saya bisa berdiri di
belakang beliau sembunyi-sembunyi dalam ruangan yang berwibawa ini.
Kekhawatiran akan terbongkarnya
rahasia ini selalu menemani saya,
menguji saya hingga ibunda bertanya: Apakah yang diajarkan ayah padamu?
Saya jawab: tidak ada.
Beliau berkata: saya punya informasi
tentang apa yang diajarkan ayah padamu, jangan kamu sembunyikan dari ibu.
Saya jawab: Beliau tidak mengajarkan
saya apapun.
Sampai akhirnya saya bisa menguasai
bahasa arab, faham AlQuran ,dan mengerti kaidah-kaidah agama Islam, kemudian
beliau memperkenalkan saya dengan saudaranya karena Allah (Saudara seiman,
pen). Kamipun bertiga berkumpul dalam ibadah dan bacaan Al-Quran kami.
***
kontributor : Ibnu Sahlin,
@Santrikecil
Tidak ada komentar :
Posting Komentar