Rabu, 14 Oktober 2015

MUHAMMAD KECIL (3)



Ya, kita yang membangun kota-kota ini….kita yang membangun jembatan-jembatan ini, kita yang meratakan jalan-jalan ini…kita yang membelah saluran-saluran ini….kita yang menanam pohon-pohon ini….Akan tetapi sejak 40 tahun…..apakah kamu mendengarkan? Semenjak 40 tahun penguasa yang buruk Abu Abdullah Ash-Shogir penguasa terakhir kerajaan kita di Negeri ini tertipu dengan Janji Spanyol dan perjanjian mereka..ia menghalalkan benteng umat dan kuburan-kuburan nenek moyangnya….dan pergi menuju daratan maghrib untuk mati di sana sendiri terbuang.  mereka memberikan janji kepada kami dengan kebebasan, keadilan, dan kemerdekaan, setelah mereka berkuasa mereka mengingkari semua janji-janji itu , lalu membentuk Diwan Taftisy kemudian memasukkan putra-putra kami secara paksa ke dalam agama Kristen, memaksa kami meninggalkan bahasa kami serta mengambil putra-putra kami untuk dijadikan Kristen. Demikianlah rahasia yang kamu lihat, sembunyinya kami dalam beribadah dan kesedihan kami atas apa yang kami lihat dari ujian agama dan pengkafiran putra-putra kami. 40 tahun wahai anakku….dan kami bersabar atas penderitaan yang mana batu keraspun tak mampu menahannya, kami menanti pertolongan Allah, kita tidak boleh putus asa, karena putus asa terlarang dalam agama kita, agama yang mengajarkan kekuatan, kesabaran, dan perjuangan. inilah rahasia itu wahai anakku, maka sembunyikanlah! Dan ketahuilah hidup ayahmu tergantung kepada kedua bibirmu. Demi Allah, saya tidak takut mati atau benci berjumpa dengan Allah, akan tetapi saya ingin tetap hidup supaya bisa mengajarkanmu bahasamu, agamamu serta menyelamatkanmu dari kegelapan kekafiran menuju cahaya iman. Sekarang berdirilah menuju tempat tidurmu !


***

Setelah kejadian tersebut, setiap kali saya melihat beranda istana Hamra atau menara Granada …………….saya merasakan kerinduan, kesedihan, Marah, serta cinta membanjiri hatiku. Dan sering kali membuat kacau pikiran. Jika saya terbangun, engkau akan melihat saya, mengelilingi Istana Hamra , saya ajak bicara, saya tegur, saya katakan:
Wahai Hamra…..Wahai kekasih yang Indah….apakah engkau telah lupa para penggagas dan para pemilikmu yang telah memberimu makan dengan jiwa-jiwa mereka……memberimu minum dengan darah dan air mata mereka…..lalu engkau pura-pura tak tahu janji  dan  mengingkari cinta mereka….para penguasa yang mengelilingi kemegahanmu…bersandar pada tiang-tiangmu….memberimu apa yang engkau inginkan dari kemegahan, keagungan dan keindahan,,,
Mereka adalah orang-orang mulia yang mana jika mereka berkata dunia akan mendengarkan, jika mereka memerintah, masa akan menyambut. Apakah engkau sudah jinak dengan suara lonceng setelah suara adzan? Apakah engkau sudah bahagia dengan para pendeta setelah para imam?

***
Saya khawatir sebagian mata-mata Diwan Taftisy  mendengar suara saya, lalu saya pun bergegas pulang ke rumah untuk menghafal pelajaran bahasa arab yang ayah ajarkan kepada saya.  Seolah-olah saya melihat beliau memerintahkan saya menulis untuknya huruf Ajam. Beliau menulis untuk saya dihadapannya huruf arab dan berkata kepada saya: inilah huruf-huruf kita. Beliau mengajarkan saya cara berbicara, menulis dengan bahasa arab, mengajarkan saya pelajaran agama, wudhu dan sholat supaya saya bisa berdiri di belakang beliau sembunyi-sembunyi dalam ruangan yang berwibawa ini.
Kekhawatiran akan terbongkarnya rahasia ini selalu menemani saya,  menguji saya hingga ibunda bertanya: Apakah yang diajarkan ayah padamu?
Saya jawab: tidak ada.
Beliau berkata: saya punya informasi tentang apa yang diajarkan ayah padamu, jangan kamu sembunyikan dari ibu.
Saya jawab: Beliau tidak mengajarkan saya apapun.
Sampai akhirnya saya bisa menguasai bahasa arab, faham AlQuran ,dan mengerti kaidah-kaidah agama Islam, kemudian beliau memperkenalkan saya dengan saudaranya karena Allah (Saudara seiman, pen). Kamipun bertiga berkumpul dalam ibadah dan bacaan Al-Quran kami.
***


kontributor : Ibnu Sahlin, 
@Santrikecil

Tidak ada komentar :

Posting Komentar